MENYIKAPI PUJIAN DENGAN PENGUASAAN DIRI
. Ps Yudi LauREFLEKSI Pujian ibarat pedang bermata dua, bisa PRODUKTIF kalau kita sikapi dengan RENDAH HATI, sebagai MOTIVASI DAN ALASAN UNTUK BERBUAT LEBIH BAIK,
Akan tetapi bisa juga KONTRAPRODUKTIF kalau kita sikapi dengan BESAR KEPALA, sebagai bentuk KEMENANGAN dan KEBANGGAAN DIRI.
Maka penting sekali menyikapi PUJIAN dengan PENGUASAAN DIRI. Tanpa PENGUASAAN DIRI, kita akan mudah di mabukkan oleh PUJIAN.
Simak kisah berikut ini:
Sepasang angsa bersiap meninggalkan danau yang airnya mulai mengering.
Seekor kodok memohon untuk bisa ikut dengan mereka pindah ke danau lain, namun angsa bingung bagaimana cara membawa si kodok.
Si kodok punya ide brilian, "Kalian gigit kedua ujung akar rumput ini, saya akan mengigit bagian tengahnya, kemudian bawalah saya terbang."
Angsa setuju, mereka pun terbang.
Di angkasa, sekelompok burung memuji kecerdikan mereka dan bertanya, "Kalian sungguh cerdik, siapa yang punya ide secemerlang ini?"
Kodok menjawab dengan bangga, "Ide saya...", Saat itu terlepaslah gigitannya, ia pun jatuh ke bawah dan mati.
MABUK PUJIAN MERUPAKAN AWAL KEHANCURAN
Seperti yang terjadi pada si kodok.
“Tinggi hati mendahului kehancuran,
tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.” (Mazmur 18:12)
PENGUASAAN DIRI ADALAH DARI HIDUP YANG DI PIMPIN TUHAN, sedangkan GILA HORMAT dan MABUK PUJIAN adalah bagian dari Hidup yang di pimpin DAGING.
Hidup yang di pimpin TUHAN berbuahkan hal² yang INDAH, Hidup yang di pimpin DAGING berbuahkan hal² yang BURUK.
“Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” (Roma 12:3)
Goϑ ϐlešš Yoυ