Melihat Kemurahan Tuhan
Yesaya 6:5 (TB) Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."
Pada pemahaman lama, orang yang melihat Tuhan atau Kemuliaan-Nya pasti binasa sebab ia merasa tidak layak karena masih berdosa.
Begitu pula pemahaman Yesaya, seorang yang najis bibir dan tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir namun diijinkan untuk melihat Tuhan.
Kenyataan yang terjadi Yesaya tidak celaka tapi justru Yesaya dapat berkat yang luarbiasa yakni *dilayakkan dengan cara kesalahannya dihapus dan dosanya diampuni* yang secara simbolik digambarkan dengan bara yang disebutkan tepat di bibirnya.
Menyentuh tepat di bibir berarti Yesaya *tahu dengan benar* kesalahan dan dosanya yakni najis bibir.
Ini juga berarti kalau anda dan saya mau terima ampunan dari Tuhan maka anda dan saya *harus tahu dengan benar dan mengaku* apa kesalahan dan dosa yang telah diperbuat.
Ingat baik-baik ! Bukan asal mengadakan pengakuan tetapi benar-benar mempersembahkan pengakuan akan kesalahan dan dosa yang disadari dengan baik.
Dan ketika Yesaya sadar dengan benar akan *kemurahan hati Tuhan* maka ia dengan rela untuk diutus mewartakan kasih Tuhan yang sangat besar.
Namun pada jaman now banyak orang yang diijinkan melihat kemuliaan Tuhan tetapi mereka menjadi jumawa, menganggap itu semua krn kebaikan dirinya sendiri.
Memang mereka juga seolah-olah mewartakan Kasih Tuhan tetapi sebenarnya mereka sedang menunjukkan kehebatan dirinya sendiri.
Bagaimana dengan anda dan saya, apakah benar-benar menyadari akan kemurahan Tuhan?
Dan sudahkah anda dan saya memberikan diri untuk diutus mewartakan kasih Tuhan bagi kemuliaan Tuhan semata ?
Penulis Bambang Purnomo