News Breaking
Youtube
wb_sunny

Breaking News

Bisakah Keluarga Kristen Luput dari Pertengkaran?

Bisakah Keluarga Kristen Luput dari Pertengkaran?

Bisakah Keluarga Kristen Luput dari Pertengkaran?

Menghadapi pergumulan di dalam keluarga, memang di satu sisi disebut sebagai “bumbunya kehidupan keluarga”, atau ada yang menyebutnya sebagai ujian bagi suami dan istri, agar lebih saling mengenal dan kemudian mengasihi. Tetapi harus katakan, bahwa pendapat-pendapat di atas hanyalah bersifat umum dan sekular.

Jika selalu terjadi pertengkaran antara suami dan istri ketika akan merencanakan sesuatu untuk kebersamaan keluarga. Hal ini mengindikasikan “pertengkaran” merupakan hal yang tidak baik bagi hubungan suami istri.

Sebab firman Tuhan berkata bahwa “seperti arang untuk bara menyala dan kayu untuk api, demikianlah orang yang suka bertengkar untuk panasnya perbantahan” (Amsal 26:21); artinya “pertengkaran itu sendiri adalah “arang dan kayu” yang diperuntukkan untuk “api”.

Api itu lambang “terbakar dan panas”, sedang “arang dan kayu” adalah bahan yang mudah terbakar menggambarkan tentang “masalah yang dipertengkarkan”, yang akan kemudian membakar dua pribadi yang sedang bertengkar. 

Pertengkaran itu sendiri adalah akibat dari adanya “dua perbedaan pendapat” yang tetap dipertahankan dan diselesaikan dengan jalan “bertengkar”, beradu mulut, beradu argumentasi.

Hal ini tidak berguna sama sekali, sebab di dalam bertengkar akan terlihat keangkuhan masing-masing yang bertengkar (Amsal 13:10), akan menimbulkan “kebencian” satu dengan lainnya (Amsal 10:12); padahal Allah “membenci seorang pembenci” (I Yoh. 3:15).

Dan jika sudah saling “membenci”, dapat dipastikan bahwa akan saling menghancurkan satu terhadap yang lain, padahal berdua adalah suami istri. Dewasa yang dimaksudkan di sini, bukan dalam konteks usia, tetapi dalam area kerohanian (Band. I Kor. 3:1-3). Orang yang dewasa secara rohani, akan berbijaksana ketika menghadapi perbedaan pendapat, dan itu terlihat ketika ia bertindak.

Sebab di dalam memutuskan satu hal secara bersama, kemungkinan untuk berbeda pendapat sangat besar, oleh karena memang antara pribadi yang satu dengan lainnya pasti berbeda.

Dan perbedaan ini berlatar belakang: tingkat pendidikan, latar belakang pembentukan keluarga, latar belakang masyarakat yang membentuknya, tingkat kedewasaan rohani, dll, sehingga sangatlah mungkin untuk “berbeda pendapat”. Belum juga karena sifat “egoisme” (mau menang sendiri) sudah terbentuk bertahun-tahun dan menjadi karakter dalam kehidupan.

Cara teknis untuk menghadapi pasangan “sering bertahan dalam kesalahan” adalah “sabar”, sebab inilah salah satu dari sifat Tuhan (Bil. 14:18). Dan orang yang sabar adalah pribadi yang “berpengertian” (Amsal 14:29), artinya “mengerti bahwa pendapat pasangan keliru dan mengerti sifat pasangan seperti itu dalam waktu tertentu, yakni waktu Tuhan mengubah pasangan”. Namun “pengertian” dalam konteks ini tidak ada hubungannya dengan “kesalahan” dari pasangan kita sendiri.

Sebab yang “salah harus ditegor”, namun tentunya dengan “bijaksana”, bukan dengan kompromi; artinya “berupaya untuk “memadamkan perbantahan” (Amsal 15:18). Konsep bijaksana di sini adalah bijaksananya Tuhan, yakni “ dengan penuh kasih dan hormat menasehati pasangan, dan jika pasangan masih bersikeras, maka langkah yang di ambil, yaitu “berdiam di dalam doa, artinya menyerahkan pasangan di dalam doa kepada Tuhan Yesus.

Bersabarpun dikategorikan dalam “penderitaan yang mulia” (II Kor. 6:4), sebab inilah salah satu rasa dari “buah Roh” (Gal. 5:22). Tuhan meneguhkan dan melatih anda menghadapi istri.

 

Beberapa Penyebab Pertengkaran Berujung Perceraian

  • Ketidakharmonisan dalam rumah tangga

Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.

  • Krisis moral dan akhlak

Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.

  • Perzinahan

Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.

  • Pernikahan tanpa cinta

Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.

  • Adanya masalah-masalah dalam perkawinan

Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah. Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang seperti adanya perselingkuhan antara suami istri.

Langkah awal dalam menanggulangi sebuah masalah perkawinan adalah :

  1. Adanya keterbukaan antara suami – istri
  2. Berusaha untuk menghargai pasangan
  3. Jika dalam keluarga ada masalah, sebaiknya diselesaikan secara baik-baik
  4. Saling menyayangi antara pasangan

 

red/bbs

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.