KETIKA IA BISA MEMAAFKAN ORANG YANG MENYAKITINYA
Ps Yudi LauREFLEKSI Seorang pemuda duduk di kursi terdakwa karena di dakwa membunuh teman sebayanya. Sang hakim bertanya kepada ayah si anak yang menjadi korban, "Pemuda ini terbukti bersalah telah membunuh putra anda...
Menurut anda, hukuman apa yang setimpal untuknya?"
"Pak Hakim, anak saya satu²nya telah meninggal, Hukuman apapun tidak akan mengembalikan hidupnya. Saya sangat mengasihinya, dan sekarang saya tak punya siapa² lagi untuk saya kasihi,
Tolong kirimkan terdakwa ke rumah saya untuk menjadi anak saya."
Apa reaksi kita terhadap orang yang pernah menyakiti kita? Mencoba untuk membuatnya merasakan penderitaan yang kita rasakan, bahkan kalau bisa lebih menderita?
Memaafkan memang bukan perkara semudah membalikkan telapak tangan, namun begitulah yang TUHAN ingin kita lakukan.
“Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18:22)
Bagaimana melaksanakan Kehendak TUHAN itu di tengah keterbatasan kita?
Pertama, Sadari bahwa ibarat orang berhutang, kita punya lebih banyak hutang kepada TUHAN daripada orang lain kepada kita.
Dosa kita yang begitu banyak, oleh Kasih KRISTUS lunas di bayar di kayu salib.
Jadi kalau hutang kita yang segitu banyaknya sudah TUHAN bayar lunas,
mengapa kita masih terus menuntut orang lain "membayar" utangnya kepada kita?
“Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” (Matius 18:32-33)
Sadari bahwa menyimpan Dendam dan Kebencian dalam hati hanya akan menimbulkan ketidak sejahteraan.
KEKUATAN SESEORANG TERLETAK KETIKA IA BISA MEMAAFKAN ORANG YANG MENYAKITINYA.
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5:44)
Goϑ ϐlešš Yoυ